Dr. dr. Andani Eka Putra, M.Sc. (lahir di Tarusan, Pesisir Selatan, Sumatra Barat, 15 Agustus 1972; umur 48 tahun) adalah seorang dokter Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas (Unand), Padang. Selain itu, ia merupakan salah seorang direksi Rumah Sakit (RS) Unand.
Andani dikenal karena kiprahnya pada masa pandemi COVID-19 di Sumatra Barat dan disebut dalam rilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai "Patriot Militan di Tengah Pandemi". Ia banyak membantu laboratorium di Indonesia untuk mempercepat pemeriksaan sampel swab Covid-19.
Andani awalnya bertugas di bagian mikrobiologi Fakultas Kedokteran (FK) Unand dan bergerak di bidang bioteknologi medis. Ketika merebaknya pandemi COVID-19 di Indonesia, ia mengembangkan laboratorium mikrobiologi FK Unand menjadi pusat pelayanan diagnostik penyakit infeksi hingga akhirnya menjadi Laboratorium Infeksi Biomedik. Sejak 24 Maret 2020, laboratorium tersebut mendapat izin dari Kementerian Kesehatan untuk melakukan uji sampel swab pasien diduga terpapar COVID-19 yang sebelumnya hanya dilakukan di Litbangkes Kemenkes RI.
Peran Laboratorium Infeksi Biomedik FK Unand sangat dirasakan masyarakat Sumatra Barat di tengah pandemi COVID-19.[7] Di tingkat nasional, laboratorium tersebut menorehkan prestasi dalam hal kapasitas pemeriksaan sampel untuk mendeteksi COVID-19. Ketika laboratorium lain hanya bisa menyelesaikan pemeriksaan 100 hingga 200 sampel per hari, laboratorium tersebut bisa menyelesaikan rata-rata 800 sampel per hari.
Pendidikan
Tamat dari SMA Negeri 3 Padang pada 1991, Andani masuk ke Fakultas Kedokteran (FK) Unand. Meskipun semula bercita-cita jadi wartawan, ia memilih masuk kedokteran untuk memenuhi permintaan ayahnya. Semasa mahasiswa, ia aktif dalam pers kampus dan sempat bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Lulus dari FK Unand pada 1996, ia mengambil pendidikan magister Jurusan Kedokteran Tropis di FK Universitas Gadjah Mada (UGM) dan selesai pada 2009. Setelah itu, ia meraih gelar doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2016. Disertasi Andani di UGM membahas tentang genotyping Mycobacterium tuberculosis isolat lokal.
Penanganan COVID-19
Kiprah
Sebelum merebaknya pandemi COVID-19, Andani sehari-hari bertugas di bagian mikrobiologi FK Unand. Ia banyak bergerak di bidang bioteknologi medis. Sewaktu bertugas di sana, Andani memiliki obsesi bagaimana suatu saat laboratorium tersebut bisa memberikan pelayanan terhadap diagnostik penyakit infeksi yang bisa digunakan oleh masyarakat. Sejak 2016, ia melengkapi fasilitas laboratorium dengan dana sisa riset pribadi dan bantuan sejumlah pihak serta mengembangkannya untuk diagnostik rotavirus dan virus papiloma manusia.
Pada akhir tahun 2019, laboratorium mendapatkan bantuan dana dari universitas untuk membangun fasilitas laboratorium di tempat sekarang, walaupun realisasi anggarannya baru 60%. Memasuki tahun 2020, Andani mulai berpikir bagaimana bisa berpartisipasi dalam mengembangkan diagnostik COVID-19 yang tengah mewabah. Namun, beberapa alat di laboratorium dinilainya masih kurang. Pada bulan Februari 2020, ia memutuskan menghibahkan beberapa alatnya ke laboratorium. Jika dirupiahkan, nilai peralatan yang ia hibahkan sekitar Rp2 miliar. Bantuan peralatan berdatangan dalam perjalanan, termasuk mesin real time polymerase chain reaction (RT-PCR) dari Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah dan pendiri Wardah Nurhayati Subakat.Pada 24 Maret 2020, laboratorium FK Unand mendapat izin dari Kementerian Kesehatan untuk melakukan uji sampel swab pasien diduga terpapar COVID-19. Sebelumnya, pengujian hanya terpusat di Litbangkes Kemenkes RI.
Untuk membantu pemeriksaan di laboratorium, ia meminta kesediaan para mahasiswa dan dosen kedokteran Unand hingga terkumpul 40 sampai 50 orang. Mereka berasal dari berbagai bidang, yakni biologi, kimia, pertanian. Di laboratorium FK Unand, ratusan sampel diperiksa setiap harinya. Awalnya, laboratorium menargetkan pemeriksaan 200 sampel per hari, tetapi dalam pelaksanaannya melebihi target hingga 320 sampel. Dalam kurun 18 hingga 30 Mei 2020, setidaknya 9.631 sampel sudah diperiksa. Jumlah sampel yang diperiksa per hari rata-rata 803. Untuk rata-rata tersebut, laboratorium FK Unand merupakan yang tertinggi di Indonesia. Pencapaian ini mendapat apresiasi oleh Kepala BNPB Doni Monardo. BNPB dalam rilisnya menyebut apa yang dilakukan Andani dan tim adalah kabar cerah saat bangsa sedang gelisah dirundung wabah. Nama Andani dinilai layak dicatat sebagai salah satu patriot COVID-19.
Mayoritas pasien positif COVID-19 di Sumatra Barat merupakan orang tanpa gejala (OTG). Hal ini berbeda dengan daerah lainnya yang kebanyakan berasal dari pasien dalam pengawasan (PDP). Banyaknya OTG yang ditemukan positif membuat sumber penularan dapat diketahui. Menurut Andani, kondisi tersebut menunjukkan upaya trakcing yang dilakukan pemerintah setempat berhasil, khususnya dalam memutus rantai penularan.
Saat banyak daerah masih berkutat pada pemeriksaan pasien dalam pengawasan (PDP), Sumatra Barat sudah meningkatkan deteksi pasien OTG. Hingga 6 Juni, presentase pasien positif COVID-19 di Sumatra Barat hanya 25% dari PDP, selebihnya dari OTG. Identifikasi dini terhadap OTG dilakukan melalui pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Sedikitnya 24.000 dari 5 juta penduduk Sumatra Barat telah melakukan tes PCR. Rasionya 0,43%, berada di atas angka nasional yang masih 0,08%. Di Indonesia, Sumatra Barat mencatat angka tertinggi untuk rasio tes PCR terhadap jumlah penduduk. Pasien positif ditangani secara sistematis sehingga tidak menumpuk di rawat di rumah sakit. Presentase pasien positif COVID-19 di Sumatra Barat yang dirawat di RS hanya sebesar 16%, sementara persentase nasional mencapai 66%.
Pandangan
Andani mengatakan prinsip utama penanganan pandemi adalah menghambat penyebarannya. Ia mengistilahkan pertarungan memutus mata rantai penyebaran COVID-19 sebenarnya berada di lapangan bukan di rumah sakit. Pertarungan di lapangan bisa melibatkan semua orang, sedangkan pertarungan di rumah sakit hanya bisa dilakukan oleh para tenaga medis. Pertarungan di lapangan yakni deteksi dini terhadap orang tanpa gejala (OTG) sebanyak mungkin. Oleh sebab itu, diperlukan peningkatan kapasitas laboratorium yang dapat melakukan pemeriksaan dengan cepat. Ketika ada pasien yang dideteksi positif COVID-19, keluarga pasien juga harus diperiksa. Hal tersebut tentu tidak dapat dilakukan jika kapasitas laboratorium terbatas.
Dalam penanganan COVID-19, Andani menyarankan metode pemeriksaan PCR alih-alih rapid test. Ia mencontohkan pada seseorang lolos dari rapid test di Bandara Soekarno-Hatta menuju Padang. Di Bandara internasional Minangkabau, dilakukan test dan hasilnya positif.
Penghargaan
- Warga Teladan dari Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah
- Tokoh Publik Indonesia Award 2020 dari iNews